Manajemen Bobrok, Pemain PSMS hengkang
Posted Maret 5, 2008
on:Manajemen klub PSMS Medan dinilai demikian bobrok. Apalagi paskaditahannya Walikota Medan Drs H Abdillah Ak MBA sebagai tersangka kasus korupsi. Dampaknya, sejumlah pemain memilih hengkang dari klub “Aya Kinantan” tersebut.
Penjaga gawang PSMS di era Ligina XIII/2007 Markus Horison Ririhena, akhirnya dipinang klub Persik Kediri untuk musim Liga Super mendatang. Keberangkatan Markus, menyusul rekannya yang sudah terlebih dahulu bergabung, di antaranya Gustavo Chena, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Pangabean, dan Legimin Raharjo. Kabarnya, bakal menyusul Usep Munandar yang masih dalam tahap pendekatan.
“Manajemen Persik Kediri sudah melakukan pendekatan beberapa waktu lalu usai pertandingan final,” beber Markus.
Dijelaskannya, secara pribadi dirinya bersama teman-teman yang lain, masih ingin bermain membela PSMS Medan. Namun, usai laga final bertemu dengan Sriwijaya FC hingga sekarang, pihak manajemen tidak ada melakukan kontak.
“Kita cari makannya di sepakbola, kalau terus menunggu keputusan dipanggil atau tidak oleh manajemen PSMS mau sampai kapan. Sementara tim-tim lain yang turut ambil bagian dalam liga yang lalu, sudah merapatkan barisan untuk persiapan menghadapi liga mendatang. Bahkan ada yang sudah menggelar latihan,” terang Markus.
Menurutnya, pihak manajemen PSMS tidak peduli dengan para pemainnya. “Jangankan keputusan di panggil kembali atau tidak, saat pertandingan final belum usai aja, pihak manajemen sudah tidak ada lagi di lapangan. “Kalah dalam sebuah pertandingan hal yang wajar, kita sudah berusaha maksimal barsama teman-teman,” akunya.
Selain itu, perpindahan sekitar 95 persen pemain PSMS ke klub lain bukan kehendak pemain sendiri. Mereka merasa tidak adanya transparansi pihak manajemen terhadap nasib para pemain. “Seharusnya masyarakat bertanya kenapa hampir seluruh pemain PSMS hengkang ke klub lain,”katanya.
Selama ini, jelasnya, para pemain tidak pernah mempermasalahkan kemelut yang ada di dalam manajemen PSMS. “Kami ini pemain bola dan hanya terfokus memberikan prestasi yang terbaik kepada klub. Mereka tuntut prestasi kita berikan, tetapi balasannya seperti ini,” ujar Markus.
Ditambahkannya, hadiah uang pembinaan yang diraih saat menempati posisi runner-up Ligina XIII/2007, hingga saat ini tidak jelas berada di mana. Sedangkan sejumlah pemain mempertanyakan. Biasanya, pengakuan Markus, hadiah tersebut dibagi-bagi ke para pemain.
Harapan Markus, ke depan, manajemen PSMS sebaiknya lebih peduli dengan nasib para pemainnya, agar tidak terjadi lagi hal seperti ini. Sayang PSMS merupakan tim besar yang sangat ditakuti lawan-lawannya baik di Sumatera maupun di luar Sumatera. “Jangan campurkan politik dengan olahraga,”pesan Markus kepada manajemen PSMS.
Tinggalkan komentar